Tuesday, June 28, 2016

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa         : Kamila Sagafia
NPM                              : 13515647
Tanggal Pemeriksaan  : 3 May 2016
Nama Asisten   : 1. Abella Chyntia
                             2. Dyah Permatasari
Paraf Asisten    :

1.           Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : 1.1 Tingkat Kasar – Halus
 1.2 Membedakan Suhu Air
 1.3 Membedakan Suhu 3 Cairan
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk mengetahui adanya reseptor tekana, sakit,
sentuhan, dingin  dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). 1). Kulit yang merupakan organ dalam paling luas mempunyai 3 lapisan. Kulit paling luar merupakan film tipis dari sel mati yang tidak memiliki sel penerima. Persis di bawah lapisan mati terdapat penerima pertama yang kelihatan seperti kumpulan benang. Di bangian tengah yang merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat berbagai penerima (receptor) dengan fungsi dan bentuk yang berbeda. 2). Beberapa sensor utama dalam sselaput tengah kulit adalah: A.) Rambut Penerima (Hair Receptors). Dalam selaput tengah terdapat syaraf bebas terakhir yang dibungkus di sekitar dasar kantung ranbut, masing-masing disebut rabut penerima. Rembut penerima merespon sesuatu yang panas misalnya api. B.) Syaraf Bebas Akhir. Dekat dengan lapisan luar kulit adalah kelompok perpanjangan benang yang disebut syaraf bebas akhir, karena ia tidak memiliki pelindung yang mengelilinginya. C.) Sel Darah Pacinian (Pacinian Corpusle). Dalam lapisan yang gemuk di kulit terdapat sensor peraba yang paling luas yang disebut sel darah pacinian. Penerima ini yang mempunyai lapisan sendiri seperti irisan bawang sangat sensitif untuk meraba dan merupakan penerima satu-satunya yang dapat merespon getaran dan melakukan penyesuaian secara cepat. Seluruh penerima ini mengirim sinyal elektrik ke otak.
c.       Alat yang Digunakan  : Tiga jenis amplas, tiga baskom plastik berisikan
air dengan suhu yang berbeda, serta tiga macam cairan atau larutan (air, alkolor 70%, aseton).
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan membedakan tingkat kasar –
halus sebuah benda, praktikan di minta untuk menutup matanya menggunakan kain penutup mata, kemudian tutor memberikan amplas pada praktikan sebanyak tiga buah. Praktikan meraba amplas yang diberikan tutor dan menyebutkan tekstur dari amplas tersebut.
 1.2 Pada percobaan membedakan suhu air,
praktika di minta mencelupkan tangan kanan dan tangan kirinya ke baskon yang berisikan air dengan suhu yang berbeda, lalu tunggu selama 5-10 detik. Setelah itu, praktikan di minta untuk mengeluarkan tangan kanan dan kirinya dari dalam baskom lalu mencelupkan kedua tangannya kembali ke dalam baskon yang berada di antara baskom yang ada di sebelah kanan dan kiri tersebut secara cepat dan bersamaan.
1.3  Pada percobaan membedakan suhu cairan,
praktikan di minta untuk merasakan efek dari cairan yang di teteskan ke tangan praktikan, setelah cairan tersebut berada di permukaan kulit praktikan, kemudian asisten laboratorium meminta praktikan untuk meniup cairan yang berada di permukaan kulit praktikan dan mencatat hasil dari percobaan tersebut..
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil pengamatan praktikan, amplas pertama memiliki tekstur yang  halus, amplas kedua tekstur yang kasar, sedangkan amplas ketiga memiliki tektur yang sangat kasar.
1.1.2        Dari hasil pengamatan praktikan, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
1.1.3        Dari hasil pengamatan praktikan, saat tangan di teteskan larutan air, tangan terasa biasa-biasa saja, namum pada saat di teteskan alkohol 70% dan aseton tangan merasakan suhu yang dingin.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Amplas pertama: Halus
Amplas kedua: Kasar
Amplas ketiga: Sangat kasar.
1.2.2        -Biasanya setelah dimasukan ke baskom C, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
-Kulit sebagai Thermoresepor berfungsi untuk mendeteksi panas dan dingin.
-Tangan kanan terasa dingin karena adanya penguraian kalor à dari panas ke hangat.
-Tangan kiri terasa hangat terasa hangat karena adanya menambahan kalor à dari dingin ke hangat.
1.2.3        -Air lebih dingin daripada hanya di tiup.
-Alkohor 70% lebih dingin dari air.
-Aseton lebih dingin dari alkohol 70%
-Ada reseptor dingin pada kulit yang disebut dengan à End Krause.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas,  maka
dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang menditeksi rasa panas (Ruffini) dan dingin (End Krause). Tangan kanan yang dimasukan air dingin setelah itu dimasukan ke air netral mengalami proses ruffini sehingga menjadi hangat. Tangan kiri yang dimasukan air hangat setelah dimasukan ke air netral mengalami proses End Krausesehingga menjadi dingin. Respon yang dihasilkan kulit menunjukkan rangsangan yang terjadi pada kulit.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Suparno, P. (2001). Teori perkembangan ognitif jean piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.


2.           Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Lokalisasi Taktil
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Memahami serta mengetahui kepekaan syaraf
peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukkan keberbagai tempat; serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localizaton).
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalamidepolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi kekorda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Dikriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan kompas, jepitan rambut. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spnia, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusa-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
c.       Alat yang Digunakan  : Pulpen, spidol, penggaris.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Praktiakan menutup matanya dengan kain
penutup mata, asisten laboratorium menitikkan lengan praktikan menggunakan pulpen kemudian praktiakn harus menikkan lengannya dengan jarak sedekat mungkin denga titik yang tusukan pada lengan praktikan. Terakhir, asisten laboratorium mengukur dengan penggaris jarak antara titik yang di tuskkan asisten dengan titik yang di tusukkan oleh praktikan.  
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil percobaan lokalisasi taktil, jarak anatara titik yang di tusukkan oleh asisten laboratorium dengan titik yang di tusukkan oleh praktikan hasilnya adalah sekitar 2cm.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Bila jarak kurang dari 5cm à syaraf peraba baik.
1.2.2        Bila jarak lebih dari 5cm à syaraf peraba kurang baik
1.2.3        TPL (Two Point Localizaton) lebih peka pada bagian yang menonjol contohnya seperti di hidung, mata, bibir ujung jari dan telinga.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa TPL ( Two Point Localization ) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan telinga. Jarak yang asisten tusuk dengan yang pratikan dapat tergantung pada waktu. Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. TPL adalah sistem yang menyebar dan melingkar.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.


3.      Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Daya Membedakan Sifat Benda
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk membuktikan kepekaan syaraf peraba
terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda; serta bentuk-bentuk benda (Streognostik).
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan olehtractus spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
c.       Alat yang Digunakan  : Berbagai macam benda atau bentuk.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Praktikan diminta untuk menutup matanya
denga kain penutup mata, kemudian asisten laboratorium memberikan sebanyak 5 benda kepada praktikan secara berurutan, sementara praktikan menebak benda apakah yang di genggamnya.
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil percobaan daya membedakan sifat benda yaitu: jeruk, huruf  X, C, V dan W. Dari kelima benda tersebut praktikan bisa menebak sebanyak 4 benda dengan benar.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Tidak ada hasil sebenarnya.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis danfaciculus cunneatus.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Plotnik.R. (2005:127). Introductio to psychology 7th edition. Australia: Thomson & Wodsworth.
Wiramihardja, A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.




4.      Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Gerak Refleks
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk mengetahui adanya gerakan-gerakan refleks
pada otot.
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Gerakan refleks merupakan respons otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Gerakan ini terjadi dengan tiba–tiba tanpa bisa dicegah. Sistem saraf tak sadar (otonom) merupakan gabungan dari sensorok dan motorik. Sistem saraf terbagi menjadi dua: 1.) Sistem saraf sadar: adalah sistem saraf yang mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain. Otak dam sumsum tulang belakang merupakan bagian dari saraf pusat. Selain saraf pusat terdapat pula saraf tepi, saraf tepi berada diluar sistem saraf pusat. Atrinya saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu, seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah, dan lain-lain. 2.) Saraf tepi: -Susunan saraf simpatis/thoracolumbar. Berapangkal pada medula spinalis didaerah leher dan daerah pinggang. -Susunan saraf parasimpatis/ cranio sacral. Berapangkal pada meula oblongata dan ada juga di sacrum. Gerak reflek terjadi sangat cepat. Tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Contoh: berkedip, bersin, batuk, dan lain-lain. Implus dimulai dari reseptor penerima rangsangan. Dilanjutkan menuju ke saraf sensori ke pusat saraf. Kemudian, implus diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak. Langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot dan kelenjar. Jalan pintas dalam gerakan reflek ini disebut dengan lengkung reflek. Jalur gerak reflek dibentuk oleh neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang mengalurkan implus saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak reflek yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel, yaitu neuron sensori dan neuron motori. Dalam melakukan gerak, tubuh banyak melakukan koordinasi dengan organ tubuh yang lain. ini menunjukkan adanya kerjasama antara berbagai bagian tubuh dalam menjalankan fungsinya. Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap, semua indera pun akan siap siaga. Telinga akan mendengar sesuatu sehalus apa pun, kemudian jika tubuh menabrak sesuatu, maka akan terjadi gerakan reflek seperti berteriak atau melompat. Begitulah contoh gerak reflek yang terjadi.
c.       Alat yang Digunakan  : Sebuah martil refleks dengan bagian depan terbuat
dari karet.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan gerak refleks ini praktikan
diinta untuk duduk di atas meja, kemudian asisten laboratorium memukulkan martil refleks pada otot yang terdapat di lutut kaki kiri dan kanan praktikan. Setelah itu rasakan dan perhatikan apa yang terjadi pada saat asisten laboratorium memukulkan martil refleks tepat pada otot bagian lutut kaki kiri dan kanan.
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.2.1        Dari hasil pengamatan praktikan pada percobaan ini, terdapat refleks pada kaki kiri dan kaki kanan.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Lutut yang di pukul dengan martil refleks secara spontan akan bergerak sendriri à ada gerak refleks.
1.2.2        Namun, tidak harus bergerak à dapat juga terasa seperti tersetrum.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Gerakan umumnya terjadi secara sadar dan tidak sadar. Gerakan yang sadar melalui jalan yang panjang. Gerakan reflek ialah hasil stimulasi sel motorik oleh stimulus yang dibawa oleh neuron aferen dari jaringan. Ketika lutut kita dipukul dengan martil refleks, hal yang terjadi selanjutnya adalah lutut kita mengeluarkan respon dengan gerak refleks secara tiba – tiba. Reflex sentakan lutut merupakan reflex rentangan. Skema gerak reflex adalah Impuls reseptor neuron sensorik  interneuron medulla spinalis interneuron Neuron motoric efektor gerakan. Untuk gerakan reflex tidak melalui intermediate pada system syaraf pusat atau otak dan sumsum tulang belakang.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Gyton,A,C.(1983).TeksFisiologiKedokteran. Jakarta : CV.EGC.
Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.


No comments:

Post a Comment