Nama
Mahasiswa : Kamila
Sagafia
NPM : 13515647
Tanggal
Pemeriksaan : 3
May 2016
|
Nama Asisten : 1. Abella Chyntia
2. Dyah
Permatasari
Paraf Asisten :
|
1.
Percobaan :
Indera Peraba
Nama
Percobaan : 1.1
Tingkat Kasar – Halus
1.2 Membedakan Suhu Air
1.3 Membedakan Suhu 3 Cairan
Nama
Subjek Percobaan : Kamila
Sagafia
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk
mengetahui adanya reseptor tekana, sakit,
sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta mengetahui letak
masing-masing reseptor.
b.
Dasar
Teori : Indera
peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah
lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima
indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau
perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk
diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi.
Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus
yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar
kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan
sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). 1). Kulit
yang merupakan organ dalam paling luas mempunyai 3 lapisan. Kulit paling luar
merupakan film tipis dari sel mati yang tidak memiliki sel penerima. Persis di
bawah lapisan mati terdapat penerima pertama yang kelihatan seperti kumpulan
benang. Di bangian tengah yang merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat
berbagai penerima (receptor) dengan
fungsi dan bentuk yang berbeda. 2). Beberapa sensor utama dalam sselaput tengah
kulit adalah: A.) Rambut Penerima (Hair
Receptors). Dalam selaput tengah terdapat syaraf bebas terakhir yang
dibungkus di sekitar dasar kantung ranbut, masing-masing disebut rabut
penerima. Rembut penerima merespon sesuatu yang panas misalnya api. B.) Syaraf
Bebas Akhir. Dekat dengan lapisan luar kulit adalah kelompok perpanjangan
benang yang disebut syaraf bebas akhir, karena ia tidak memiliki pelindung yang
mengelilinginya. C.) Sel Darah Pacinian (Pacinian
Corpusle). Dalam lapisan yang gemuk di kulit terdapat sensor peraba yang
paling luas yang disebut sel darah pacinian. Penerima ini yang mempunyai
lapisan sendiri seperti irisan bawang sangat sensitif untuk meraba dan
merupakan penerima satu-satunya yang dapat merespon getaran dan melakukan
penyesuaian secara cepat. Seluruh penerima ini mengirim sinyal elektrik ke
otak.
c.
Alat
yang Digunakan : Tiga
jenis amplas, tiga baskom plastik berisikan
air dengan suhu yang
berbeda, serta tiga macam cairan atau larutan (air, alkolor 70%, aseton).
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1
Pada percobaan membedakan tingkat kasar –
halus sebuah benda,
praktikan di minta untuk menutup matanya menggunakan kain penutup mata,
kemudian tutor memberikan amplas pada praktikan sebanyak tiga buah. Praktikan
meraba amplas yang diberikan tutor dan menyebutkan tekstur dari amplas
tersebut.
1.2 Pada percobaan
membedakan suhu air,
praktika di minta
mencelupkan tangan kanan dan tangan kirinya ke baskon yang berisikan air dengan
suhu yang berbeda, lalu tunggu selama 5-10 detik. Setelah itu, praktikan di
minta untuk mengeluarkan tangan kanan dan kirinya dari dalam baskom lalu
mencelupkan kedua tangannya kembali ke dalam baskon yang berada di antara
baskom yang ada di sebelah kanan dan kiri tersebut secara cepat dan bersamaan.
1.3 Pada
percobaan membedakan suhu cairan,
praktikan di minta
untuk merasakan efek dari cairan yang di teteskan ke tangan praktikan, setelah
cairan tersebut berada di permukaan kulit praktikan, kemudian asisten
laboratorium meminta praktikan untuk meniup cairan yang berada di permukaan
kulit praktikan dan mencatat hasil dari percobaan tersebut..
e.
Hasil
Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1
Dari hasil pengamatan praktikan, amplas
pertama memiliki tekstur yang halus,
amplas kedua tekstur yang kasar, sedangkan amplas ketiga memiliki tektur yang
sangat kasar.
1.1.2
Dari hasil pengamatan praktikan, tangan
kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
1.1.3
Dari hasil pengamatan praktikan, saat
tangan di teteskan larutan air, tangan terasa biasa-biasa saja, namum pada saat
di teteskan alkohol 70% dan aseton tangan merasakan suhu yang dingin.
1.2 Hasil
Sebenarnya
1.2.1
Amplas pertama: Halus
Amplas kedua: Kasar
Amplas ketiga: Sangat kasar.
1.2.2
-Biasanya setelah dimasukan ke baskom C,
tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
-Kulit sebagai Thermoresepor berfungsi untuk mendeteksi panas dan dingin.
-Tangan kanan terasa dingin karena
adanya penguraian kalor à
dari panas ke hangat.
-Tangan kiri terasa hangat terasa
hangat karena adanya menambahan kalor à
dari dingin ke hangat.
1.2.3
-Air lebih dingin daripada hanya di
tiup.
-Alkohor 70% lebih dingin dari air.
-Aseton lebih dingin dari alkohol
70%
-Ada reseptor dingin pada kulit
yang disebut dengan à
End Krause.
f. Kesimpulan : Jika dikaitkan dengan
dasar teori diatas, maka
dapat di tarik sebuah
kesimpulan bahwa kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang menditeksi rasa panas (Ruffini)
dan dingin (End Krause). Tangan kanan yang dimasukan air dingin setelah
itu dimasukan ke air netral mengalami proses ruffini sehingga menjadi hangat. Tangan kiri
yang dimasukan air hangat setelah dimasukan ke air netral mengalami proses End Krausesehingga
menjadi dingin. Respon yang dihasilkan kulit menunjukkan rangsangan yang
terjadi pada kulit.
g.
Daftar Pustaka :
Atkinso,
R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar
psikologi. Nurjanah
Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Suparno, P. (2001). Teori perkembangan ognitif jean piaget. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
2.
Percobaan :
Indera Peraba
Nama
Percobaan : Lokalisasi
Taktil
Nama
Subjek Percobaan : Kamila
Sagafia
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Memahami
serta mengetahui kepekaan syaraf
peraba dengan melokalisir tempat yang
ditusukkan keberbagai tempat; serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localizaton).
b.
Dasar
Teori : Indera
peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah
lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima
indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau
perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk
diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi.
Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus
yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung
rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor
dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Reseptor
taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons
terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalamidepolarisasi dan
menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar,
maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan
menyalurkan informasi kekorda spinalis dan otak. Reseptor taktil
yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
Dikriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung
benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh
bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan
bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pd ujung jari
tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan
kompas, jepitan rambut. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan
getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.
Setelah bersinap di spnia, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat
A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak
melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini
menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus.
Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke
korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara
lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian
ke pusa-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
c.
Alat
yang Digunakan : Pulpen,
spidol, penggaris.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1
Praktiakan menutup matanya dengan kain
penutup mata, asisten
laboratorium menitikkan lengan praktikan menggunakan pulpen kemudian praktiakn
harus menikkan lengannya dengan jarak sedekat mungkin denga titik yang tusukan
pada lengan praktikan. Terakhir, asisten laboratorium mengukur dengan penggaris
jarak antara titik yang di tuskkan asisten dengan titik yang di tusukkan oleh
praktikan.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1
Dari hasil percobaan lokalisasi taktil,
jarak anatara titik yang di tusukkan oleh asisten laboratorium dengan titik
yang di tusukkan oleh praktikan hasilnya adalah sekitar 2cm.
1.2 Hasil
Sebenarnya
1.2.1
Bila jarak kurang dari 5cm à syaraf peraba baik.
1.2.2
Bila jarak lebih dari 5cm à syaraf peraba kurang baik
1.2.3
TPL (Two
Point Localizaton) lebih peka pada bagian yang menonjol contohnya seperti
di hidung, mata, bibir ujung jari dan telinga.
f. Kesimpulan : Jika dikaitkan dengan
dasar teori diatas, maka
dapat
disimpulkan bahwa TPL ( Two Point Localization ) lebih peka pada bagian yang
menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan telinga. Jarak yang
asisten tusuk dengan yang pratikan dapat tergantung pada waktu. Waktu
mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. TPL adalah sistem yang menyebar
dan melingkar.
g.
Daftar Pustaka :
Atkinso,
R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar
psikologi. Nurjanah
Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Sherwood, Lauralee.
(2001). Fisiologi manusia dari
sel ke sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
3.
Percobaan :
Indera Peraba
Nama
Percobaan : Daya
Membedakan Sifat Benda
Nama
Subjek Percobaan : Kamila
Sagafia
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk
membuktikan kepekaan syaraf peraba
terhadap kehalusan benda sampai
kekasaran benda; serta bentuk-bentuk benda (Streognostik).
b.
Dasar
Teori : Indera
peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah
lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima
indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau
perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk
diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi.
Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus
yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar
kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan
sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar,
sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Kita
dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan
adalah reseptor kinaesthesi.
Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan
taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan olehtractus spinothalamicus
anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus
cunneatus.
c.
Alat
yang Digunakan : Berbagai
macam benda atau bentuk.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1
Praktikan diminta untuk menutup matanya
denga kain penutup
mata, kemudian asisten laboratorium memberikan sebanyak 5 benda kepada
praktikan secara berurutan, sementara praktikan menebak benda apakah yang di
genggamnya.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1
Dari hasil percobaan daya membedakan
sifat benda yaitu: jeruk, huruf X, C, V
dan W. Dari kelima benda tersebut praktikan bisa menebak sebanyak 4 benda
dengan benar.
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1
Tidak ada hasil sebenarnya.
f. Kesimpulan : Jika dikaitkan dengan
dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar,
sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan
taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior sedangkan implus taktil halus
dihantarkan melalui faciculus
gracilis danfaciculus
cunneatus.
g.
Daftar Pustaka :
Atkinso,
R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar
psikologi. Nurjanah
Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Plotnik.R. (2005:127). Introductio to psychology 7th edition.
Australia: Thomson & Wodsworth.
Wiramihardja, A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung:
PT. Refika Aditama.
4.
Percobaan :
Indera Peraba
Nama
Percobaan : Gerak
Refleks
Nama
Subjek Percobaan : Kamila
Sagafia
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk
mengetahui adanya gerakan-gerakan refleks
pada otot.
b.
Dasar
Teori : Indera
peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah
lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima
indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau
perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk
diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi.
Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus
yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar
kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan
sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Gerakan
refleks merupakan respons otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus.
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Gerakan
ini terjadi dengan tiba–tiba tanpa bisa dicegah. Sistem saraf tak sadar (otonom)
merupakan gabungan dari sensorok dan motorik. Sistem saraf terbagi menjadi dua:
1.) Sistem saraf sadar: adalah sistem saraf yang mengatur
dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan
kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan
lain-lain. Otak dam sumsum tulang belakang merupakan bagian dari saraf pusat.
Selain saraf pusat terdapat pula saraf tepi, saraf tepi berada diluar sistem
saraf pusat. Atrinya saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh
bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu, seperti kulit,
persendian, otot, kelenjar, saluran darah, dan lain-lain. 2.) Saraf tepi:
-Susunan saraf simpatis/thoracolumbar. Berapangkal pada medula spinalis
didaerah leher dan daerah pinggang. -Susunan saraf parasimpatis/ cranio sacral.
Berapangkal pada meula oblongata dan ada juga di sacrum. Gerak reflek terjadi
sangat cepat. Tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa
memerlukan kontrol dari otak. Contoh: berkedip, bersin, batuk, dan lain-lain.
Implus dimulai dari reseptor penerima rangsangan. Dilanjutkan menuju ke saraf
sensori ke pusat saraf. Kemudian, implus diterima oleh saraf penghubung tanpa
diolah di dalam otak. Langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan
ke efektor, yaitu otot dan kelenjar. Jalan pintas dalam gerakan reflek ini
disebut dengan lengkung reflek. Jalur gerak reflek dibentuk oleh neuron
sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang mengalurkan implus saraf untuk
tipe reflek tertentu. Gerak reflek yang paling sederhana hanya memerlukan dua
tipe sel, yaitu neuron sensori dan neuron motori. Dalam melakukan gerak, tubuh
banyak melakukan koordinasi dengan organ tubuh yang lain. ini menunjukkan
adanya kerjasama antara berbagai bagian tubuh dalam menjalankan fungsinya. Kita
dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap, semua indera
pun akan siap siaga. Telinga akan mendengar sesuatu sehalus apa pun, kemudian
jika tubuh menabrak sesuatu, maka akan terjadi gerakan reflek seperti berteriak
atau melompat. Begitulah contoh gerak reflek yang terjadi.
c.
Alat
yang Digunakan : Sebuah
martil refleks dengan bagian depan terbuat
dari karet.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1
Pada percobaan gerak refleks ini praktikan
diinta untuk duduk di
atas meja, kemudian asisten laboratorium memukulkan martil refleks pada otot
yang terdapat di lutut kaki kiri dan kanan praktikan. Setelah itu rasakan dan
perhatikan apa yang terjadi pada saat asisten laboratorium memukulkan martil
refleks tepat pada otot bagian lutut kaki kiri dan kanan.
e.
Hasil
Percobaan : 1.1
Hasil Percobaan
1.2.1
Dari hasil pengamatan praktikan pada
percobaan ini, terdapat refleks pada kaki kiri dan kaki kanan.
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1
Lutut yang di pukul dengan martil
refleks secara spontan akan bergerak sendriri à
ada gerak refleks.
1.2.2
Namun, tidak harus bergerak à dapat juga terasa seperti tersetrum.
f. Kesimpulan : Jika dikaitkan dengan
dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Gerakan umumnya terjadi secara sadar dan tidak
sadar. Gerakan yang sadar melalui jalan yang panjang. Gerakan reflek ialah
hasil stimulasi sel motorik oleh stimulus yang dibawa oleh neuron aferen dari
jaringan. Ketika lutut kita dipukul dengan martil refleks, hal yang terjadi
selanjutnya adalah lutut kita mengeluarkan respon dengan gerak refleks secara
tiba – tiba. Reflex sentakan lutut merupakan
reflex rentangan. Skema gerak reflex adalah Impuls reseptor neuron sensorik interneuron medulla spinalis
interneuron Neuron motoric efektor gerakan. Untuk gerakan reflex tidak melalui
intermediate pada system syaraf pusat atau otak dan sumsum tulang belakang.
g.
Daftar Pustaka :
Atkinso,
R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar
psikologi. Nurjanah
Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Gyton,A,C.(1983).TeksFisiologiKedokteran.
Jakarta : CV.EGC.
Priadi, Arif
.(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.
No comments:
Post a Comment