Tuesday, June 28, 2016

DONGENG SINGKAT CERITA LEGENDA BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH




Legenda Bawang Merah dan Bawang - Dahulu kala, ada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Mereka memiliki seorang puteri yang diberi nama bawang putih. Namun pada suatu hari, ibu bawang putih jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Setelah kejadian itu, bawang putih hidup sendiri dengan ayahnya. Ayah bawang putih adalah seorang pedagang yang sering bepergian jauh. Karena tak tega meninggalkan bawang putih sendirian di rumah, akhirnya ayah bawang putih memutuskan menikah lagi dengan seorang janda. Janda tersebut memiliki satu anak yang diberi nama bawang merah.

Sebenarnya niat ayahnya adalah agar bawang putih tak kesepian dan memiliki teman yang membantunya di rumah. Namun ternyata, ibu dan kakak tiri bawang putih memiliki sifat yang jahat. Mereka bersikap baik pada bawang putih hanya ketika ayahnya ada bersamanya. Namun ketika ayahnya pergi berdagang, mereka menyuruh bawang putih mengerjakan segala pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Ternyata kemalangan bawang putih belum berhenti sampai disitu, selang beberapa waktu, ayah bawang putih juga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Kini, ibu tiri dan bawang merah bersikap semakin jahat pada bawang putih. Bahkan waktu beristirahat bawang putih juga semakin terbatas. Tiap hari dia harus melayani semua kebutuhan bawang merah dan ibu tirinya. Sampai disuatu pagi ketika bawang putih mencuci di sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan bawang merah hanyut. Ketika sampai rumah, bawang merah memarahi bawang putih karena selendangnya tak dia temukan. Dia menyuruh bawang putih mencari selendang itu dan tidak boleh pulang sebelum menemukanya. Akhirnya, bawang putih menyusuri sungai untuk mencari selendang itu. Hingga larut malam, selendang itu belum juga dia temukan. Ketika tengah menyusuri sungai, bawang putih nelihat sebuah gubuk, ternyata gubuk itu dihuni oleh seorang nenek sebatang kara. Bawang putih akhirnya meminta izin untuk menginap semalam.


Nenek itu cukup baik hati, dia mempersilahkan bawang putih untuk menginap. Nenek itu juga menanyakan perihal tentang bawang putih, dan bagaimana dia sampai di tempat itu. Bawang putih pun menceritakan nasib yang dialaminya, hingga nenek yang mendengar itu merasa iba. Ternyata, selendang yang dicari bawang putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang itu dengan syarat bawang putih harus menemaninya selama seminggu. Bawang putih menerima tawaran itu dengan senang hati.

Waktu seminggupun berlalu, dan kini waktunya bawang putih untuk pulang. Karena selama tinggal disitu bawang putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan memberi hadiah pada bawang putih. Dia disuruh memilih diantara dua buah labu untuk dia bawa. Awalnya bawang putih ingin menolak, namun karena ingin menghormati pemberian, bawang putih akhirnya memilih labu yang kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan itu.

Setelah itu, bawang putihpun segera pulang dan menyerahkan selendang itu pada bawang merah. Setelah itu dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata labu itu berisi emas permata yang sangat banyak. Secara tak sengaja, ibu tiri bawang putih melihatnya dan langsung merampas semua emas itu. Bukan hanya itu, dia juga memaksa bawang putih untuk menitakan dari mana dia mendapat labu ajaib itu. Bawang putihpun menceritakan semua kejadian yang dialaminya.

Mendengar cerita bawang putih, muncul niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Esok paginya, dia menyuruh bawang merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang silakukan bawang putih, dia berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih banyak.

Singkat cerita, bawang merah yang malas itu tiba di gubuk nenek, dan diapun tinggal disitu selama seminggu. Namun karena sifatnya yang pemalas, dia hanya bermalas-malasan saja dan tidak mau membantu pekerjaan si nenek. Dan ketika sudah waktunya pulang, diapun di suruh memilih labu sebagai hadiah. Tanpa fikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari pulang tanpa mengucapkan terimakasih.

Setelah tiba dirumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang sangat besar. Dia berfikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh bawang putih dan takut jika bawang putih minta bagian, mereka menyuruh bawang putih mencuci disungai. Setelah itu mereka masuk kamar dan menguncinya dengan rapat. 

Dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Namun diluar dugaan, bukan emas yang ada didalamnya. Melainkan labu itu dipenuhi ular, kalajengking, kelabang, dan berbagai hewan berbisa. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dari labu dan menggigit kedua anak dan ibu serakah itu. Mereka tak mampu kabur, karena pintu kamar mereka kunci rapat dan mereka tutup dengan lemari dari dalam. Akhirnya, mereka mati di dalam kamar bersama keserakahan mereka. Setelah mereka mati, hewan-hewan berbisa itu kenyap tak berbekas. Demikian dongeng singkat yang saya ceritakan mengenai cerita bawang merah bawang putih semoga bermanfaat.



Sumber: http://dongengterbaru.blogspot.co.id/2015/08/cerita-bawang-merah-bawang-putih.html

Biodata Jennifer Lawrance

Jennifer Lawrence


Nama Asli : Jennifer Shrader Lawrence
Tanggal Lahir : 15 Agustus 1990
Tempat Lahir : Louisville, Kentucky, AS
Agama : Kristen
Tinggi Badan : 170
Kewarganegaraan : Amerika
Ayah : Gary LawrencePekerjaan Ayah : Pemilik Perusahaan KonstruksiPekerjaan Ibu : Kamp Anak-Anak
Ibu : Karen
Zodiac : Leo



Lawrence lahir dan dibesarkan di Louisville, Kentucky. Dia adalah putri dari Karen (Koch) Lawrence, manajer perkemahan anak-anak, dan Gary Lawrence, seorang pekerja konstruksi. Dia memiliki dua kakak laki-laki, Ben dan Blaine. Pada usia 14, ia memutuskan untuk mengejar karir akting, membujuk orangtuanya untuk membawanya ke New York City untuk menemukan seorang agen pencari bakat. Sebelum menemukan keberhasilan dalam Hollywood, Lawrence menghadiri Kammerer Middle School di Louisville. Dia lulus dari sekolah tinggi dua tahun lebih awal dengan nilai 3,9, dan berfokus pada karir di dunia akting. Sementara tumbuh dewasa dan di antara akting, Lawrence bekerja sebagai asisten perawat di musim panas pada perkemahan anak anak yang dijalankan ibunya.


LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa         : Kamila Sagafia
NPM                              : 13515647
Tanggal Pemeriksaan  :  21 April 2016
Nama Asisten   : 1. Rama Rifandi
                             2. Obaja L. Raja
Paraf Asisten    :

1.           Percobaan                          : Indera Penciuman
Nama Percobaan               : Cara kerja bau hio, dupa dan obat nyamuk bakar
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah
zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang tidak  enak sampai bau yang enak.
b.      Dasar Teori                  : Penciuman disebut suatu indera kimia karena
menerima rangsangan kimia yang dibawa oleh udara. Bagian atas hidung mempunya area sempit yang berisi sel penerima rangsangan penciumana. Fungsi penciuman adalah melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. 
Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan melalui aroma yang dihasilkan. Organ tubuh yang berhubungan dengan indera penciuman adalah hidung, selain sebagai alat pernafasan hidung juga berfungsi sebagai alat penciuman. Hidung juga berperan dalam resonasi suara dan menyaring udara yang masuk kedalamnya. Berbagai jenis bau wangi maupun busuk dapat dicium oleh kita melalui hidung. Organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma
yang berbeda. Penciuman (olfaction) terjadi karena adanya molekul-molekul yang menguap dan masuk
ke saluran hidung dan mengenai olfactory membrane. Manusia memiliki kira-kira 10000 sel reseptor berbentuk rambut.  Alat pembau atau sistem olfaction biasajuga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerimarangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Anatomi dan fisiologi penafasan bagian atas yaitu:
(I) Rongga Hidung, terdiri atas:
1. Vestibulum;
yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
2. Struktur konka;
 yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis.
3).Sel silia;
 yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
(II) Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
(III) Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago (6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar). Terbesar adalah Kartilago thyroidyang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat
menutup saat proses menelan.
b. Glotis
c. Kartilago Thyroid
c.       Alat yang Digunakan  : Dupa, hio dan obat nyamuk bakar.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan kali ini praktikan diminta
untuk membedakan bau/aroma dari dupa yang belum dibakar dan obat nyamuk sesudah dibakar. Kemudan praktikan mengamati sekaligus mencatat perbedaan antara aroma dari dupa dan obat nyamuk tersebut. 
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil pengamatan praktikan, bau/aroma dari obat nyamuk yang sudah dibakar lebih menyengat daripada bau/aroma dupa yang belum dibakar.
1.2        Hasil Sebenarnya
1.2.1        Hio, dupa dan obat nyamuk bakar lebih kuat baunya ketika dibakar.
1.2.2        Karena concha nasal superior hanya menerima rangsangan benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa hio, dupa serta obat nyamuk bakar merupakan zat yang bisa menyebabkan terjadinya rangsangan pada indera penciuman setelah dibakar. Hal ini mengakibatkan pembakaran zat tersebut bercampur dengan udara dan menguap sehingga merangsang sel- sel olfaktoria & masuk ke daerah superior hidung, kemudian reseptor-reseptor olfaktoria memberi respon terhadap bau atau aroma tersebut .
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Evelyn C.Pearce. (2000). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit Gunadarma.


2.           Percobaan                          : Indera Penciuman
Nama Percobaan               : Cara kerja membedakan wewangian
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah
zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang tidak  enak sampai bau yang enak.
b.      Dasar Teori                  : Penciuman disebut suatu indera kimia karena
menerima rangsangan kimia yang dibawa oleh udara. Bagian atas hidung mempunya area sempit yang berisi sel penerima rangsangan penciumana. Fungsi penciuman adalah melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. 
Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan melalui aroma yang dihasilkan. Organ tubuh yang berhubungan dengan indera penciuman adalah hidung, selain sebagai alat pernafasan hidung juga berfungsi sebagai alat penciuman. Hidung juga berperan dalam resonasi suara dan menyaring udara yang masuk kedalamnya. Berbagai jenis bau wangi maupun busuk dapat dicium oleh kita melalui hidung. Organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma
yang berbeda. Penciuman (olfaction) terjadi karena adanya molekul-molekul yang menguap dan masuk
ke saluran hidung dan mengenai olfactory membrane. Manusia memiliki kira-kira 10000 sel reseptor berbentuk rambut.  Alat pembau atau sistem olfaction biasajuga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerimarangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Anatomi dan fisiologi penafasan bagian atas yaitu:
(I) Rongga Hidung, terdiri atas:
1. Vestibulum;
yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
2. Struktur konka;
 yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis.
3).Sel silia;
 yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
(II) Faring
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
(III) Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago (6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar). Terbesar adalah Kartilago thyroidyang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat
menutup saat proses menelan.
b. Glotis
c. Kartilago Thyroid
c.       Alat yang Digunakan  : Beberapa macam wewangian.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan berikut ini praktikan diminta
untuk mencium sekaligus membedakan bau/aroma dari beberap jenis wewangian. Disini terdapat 4 macam wewangian, kemudaian setelah praktikan mencium aroma wewangian tersebut satu-persatu maka hasilnya pun harus langsung dicatat sebagai hasil dari percobaan ini.
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        (1) Kopi
(2) Jahe
(3) Kayu manis
(4) Jeruk nipis
 1.2 Hasil Sebenarnya
 1.2.1 Biasanya dalam hal kemampuan
mengingat bau, lebih baik.
1.2.2        Proposisinya dari 5 macam wewangian → = 5 dan = 3.
1.2.3        Hal ini disebabkan karena pada ruang dalam menerima gas (concha nasal superior) lebih luas.
1.2.4        Semakin tajam wanginya → semakin mudah dikenal.
1.2.5        Semakin lembut wanginya → sulit dikenal.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa manusia bisa membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau namun karena kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component principle), organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma yang berbeda. Seseorang yang memiliki hidung mancung akan lebih sensitif atau lebih peka terhadap bau. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.      
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Evelyn C.Pearce. (2000). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit Gunadarma.


3.      Percobaan                          : Indera Pengecap
Nama Percobaan               : Merasakan berbagai macam rasa
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Memahami dan mengetahui bahwa lida
merupakan alat pengecap rasa serta membuat peta rasa.
b.      Dasar Teori                  : Kita jarang memikirkan bahwa sebenarnya ada
ratusan bahan kimia yang dimasukkan ke dalam mulut kita setiap hari. Tetapi ketika makan kita selalu hanya mengetahui, makanannya terasa enak atau tidak. Kita juga merasa jika lidah kita terbakar akibat makanan atau minuman yang panas, sehingga kemampuan pengecapan menjadi berkurang. Pengecapan disebut indera kimiawi (chemical sense) karena rangsangannya terdiri dari bermacam-macam bahan kimia. Pada permukaan lidah terdapat penerima yang disebut pucuk pengecap, untuk 4 macam citarasa dasar: manis, asin, asam, pahit. Fungsi puncuk pengecap adalah melakukan trasduksi yakni mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. Kita telah biasa mengenal hanya 4 citarasa dasar: manis, asin, asam, pahit. Menurut Plotnik dalam bukunya “Introduction to psychology” terdapat rasa yang kelima yaitu rasa daging-keju yang terdapat dalam keju,daging, pizza, dan dinamakan umami. Lidah berisi sensor-sensor (pucuk-pengecap) untuk 5 cita rasa. A) Sensor-sensor (pucuk pengecapan) untuk 5 citarasa dasar, terutama terletak pada bagian belakang, depan, dan samping lidah. B) Permukaan lidah, parit berisi lapisan pucuk pengecapan. C) Pucuk pegecapan, berfungsi untuk mengubah larutan kimia menjadi sinyal elektrik. Alasan mengapa banyak dari kita menyukai makanan masnis karena sejak lahir, kita mewarisi kecenderumgan untuk memilih rasa manis atau asin. Seperti sebagian besar binatang, manusia juga menghindari zat yang terasa pahit, karena zat-zat yang beracun umumnya pahit. Jika anda termasuk salah seorang yang menyukai rasa asamnya jeruk, ini disebabkan karena orang yang dapat belajar menyukai rasa pahit, akhirnya dapat junga menyenangi rasa selain rasa manis misalnya rasa asamnya jeruk. Pengecapan dimulai dari proses pada parit dipermukaan lidah kita. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, padapapilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa. Papilla atau tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu: 1. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut denganPapilla filiformis, banyak terdapat dibagian depan lidah. 2. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis, banyak terdapat dibagian depan dan sisi lidah. 3. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata, tersusun seperti huruf V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.
Di dalam satu papila terdapat banyak tunas pengecap. Setiap tunas pengecap terdiri dari dua jens sel, yaitu sel penyokong yang berfungsi untuk menopang  dan sel pengecap yang memiliki tonjolan seperti rambut keluar dari tunas pengecap. Leher dari semua sel ini berhubungan satu sama lain ke sel epitel sekelilingnya sehingga reseptor yang terpapar ke cairan dalam rongga mulut merupakan mahkota apeks mikrofilinya. Tiap tunas pengecap disarafi oleh 50 serabut saraf dan tiap serabut saraf menerima rata-rata 5 tunas pengecap. Jika saraf sensori dipotong, maka tunas pengecap yang disarafinya akan berdegenerasi kemudian hilang. Pada sistem gustatory terdapat saraf kranial bgian facial (VII), glossopharyngeal (IX), dan vagus (X). Ketidakmampuan dalam membau disebutanosmia sedangkan ketidakmampuan dalam perasa disebut ageusia. Penyebab neurologis yang paling umum adalah benturan pada kepala yang menyebabkan bergesernya otak di dalam tengkorak dan mengoyak saraf-saraf olfactorykarena masuk ke dalam lubang-lubang permiabel di cribriform plate.   
c.       Alat yang Digunakan  : Cotton bud, 8 larutan rasa (manis, asin, pahit, dam
pedas), sapu tangan (handuk kecil)
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk
mencicipi 8 larutan yang telah disediakan oleh asisten laboratorium dengan mencelupkan cotton bud kedalam larutan tersebut satu-persatu. Kemudian jika ujung cotton bud telah dicelupkan ke dalam salah satu larutan, praktikan mulai mencicipi/merasakan dengan lidah. Setalah praktikan sudah mengetahui hasilnya, tulislah hasil tersebut sesai urutan, (lakukam hal yang sama pada percobaan larutan berikutnya).
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        1. Manis
2. Asin
3. Asam
4. Pedas
5. Pedas
6. Asam
7. Pedas
8. Pahit
 1.2 Hasil Sebenarnya
1.2.1 Larutan 1: Manis
Larutan 2: Asin
Larutan 3: Asam
Larutan 4: Pedas-Manis
Larutan 5: Pedas-Asin
Larutan 6: Pedas-Asam
Larutan 7: Pedas-Pahit
Larutan 8: Pahit
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa lidah merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk indera pengecap dimana terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa manis, asin, asam, dan pahit. Manusia dapat membedakan perbedaan rasa dikarena pada lidah terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds. Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan atau yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla, maka hal tersebut menyebabkan lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa.
g.      Daftar Pustaka                        : Irwanto. (1989). Psikologi umum panduan
           mahasiswa. Jakarta: PT.Gramedia.
 Riyanti, D.B.P., S.H Prabowo. (1998). Psikologi
           umum 1. Jakarta: Penerbit Gunadaram.
 Puspitawati, Ira. (1999). Psikologi Faal. Depok: Penerbit Universitas Gunadarma




LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa         : Kamila Sagafia
NPM                              : 13515647
Tanggal Pemeriksaan  : 3 May 2016
Nama Asisten   : 1. Abella Chyntia
                             2. Dyah Permatasari
Paraf Asisten    :

1.           Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : 1.1 Tingkat Kasar – Halus
 1.2 Membedakan Suhu Air
 1.3 Membedakan Suhu 3 Cairan
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk mengetahui adanya reseptor tekana, sakit,
sentuhan, dingin  dan panas pada kulit, serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). 1). Kulit yang merupakan organ dalam paling luas mempunyai 3 lapisan. Kulit paling luar merupakan film tipis dari sel mati yang tidak memiliki sel penerima. Persis di bawah lapisan mati terdapat penerima pertama yang kelihatan seperti kumpulan benang. Di bangian tengah yang merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat berbagai penerima (receptor) dengan fungsi dan bentuk yang berbeda. 2). Beberapa sensor utama dalam sselaput tengah kulit adalah: A.) Rambut Penerima (Hair Receptors). Dalam selaput tengah terdapat syaraf bebas terakhir yang dibungkus di sekitar dasar kantung ranbut, masing-masing disebut rabut penerima. Rembut penerima merespon sesuatu yang panas misalnya api. B.) Syaraf Bebas Akhir. Dekat dengan lapisan luar kulit adalah kelompok perpanjangan benang yang disebut syaraf bebas akhir, karena ia tidak memiliki pelindung yang mengelilinginya. C.) Sel Darah Pacinian (Pacinian Corpusle). Dalam lapisan yang gemuk di kulit terdapat sensor peraba yang paling luas yang disebut sel darah pacinian. Penerima ini yang mempunyai lapisan sendiri seperti irisan bawang sangat sensitif untuk meraba dan merupakan penerima satu-satunya yang dapat merespon getaran dan melakukan penyesuaian secara cepat. Seluruh penerima ini mengirim sinyal elektrik ke otak.
c.       Alat yang Digunakan  : Tiga jenis amplas, tiga baskom plastik berisikan
air dengan suhu yang berbeda, serta tiga macam cairan atau larutan (air, alkolor 70%, aseton).
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan membedakan tingkat kasar –
halus sebuah benda, praktikan di minta untuk menutup matanya menggunakan kain penutup mata, kemudian tutor memberikan amplas pada praktikan sebanyak tiga buah. Praktikan meraba amplas yang diberikan tutor dan menyebutkan tekstur dari amplas tersebut.
 1.2 Pada percobaan membedakan suhu air,
praktika di minta mencelupkan tangan kanan dan tangan kirinya ke baskon yang berisikan air dengan suhu yang berbeda, lalu tunggu selama 5-10 detik. Setelah itu, praktikan di minta untuk mengeluarkan tangan kanan dan kirinya dari dalam baskom lalu mencelupkan kedua tangannya kembali ke dalam baskon yang berada di antara baskom yang ada di sebelah kanan dan kiri tersebut secara cepat dan bersamaan.
1.3  Pada percobaan membedakan suhu cairan,
praktikan di minta untuk merasakan efek dari cairan yang di teteskan ke tangan praktikan, setelah cairan tersebut berada di permukaan kulit praktikan, kemudian asisten laboratorium meminta praktikan untuk meniup cairan yang berada di permukaan kulit praktikan dan mencatat hasil dari percobaan tersebut..
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil pengamatan praktikan, amplas pertama memiliki tekstur yang  halus, amplas kedua tekstur yang kasar, sedangkan amplas ketiga memiliki tektur yang sangat kasar.
1.1.2        Dari hasil pengamatan praktikan, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
1.1.3        Dari hasil pengamatan praktikan, saat tangan di teteskan larutan air, tangan terasa biasa-biasa saja, namum pada saat di teteskan alkohol 70% dan aseton tangan merasakan suhu yang dingin.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Amplas pertama: Halus
Amplas kedua: Kasar
Amplas ketiga: Sangat kasar.
1.2.2        -Biasanya setelah dimasukan ke baskom C, tangan kanan terasa dingin dan tangan kiri terasa hangat.
-Kulit sebagai Thermoresepor berfungsi untuk mendeteksi panas dan dingin.
-Tangan kanan terasa dingin karena adanya penguraian kalor à dari panas ke hangat.
-Tangan kiri terasa hangat terasa hangat karena adanya menambahan kalor à dari dingin ke hangat.
1.2.3        -Air lebih dingin daripada hanya di tiup.
-Alkohor 70% lebih dingin dari air.
-Aseton lebih dingin dari alkohol 70%
-Ada reseptor dingin pada kulit yang disebut dengan à End Krause.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas,  maka
dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa kulit berfungsi sebagai thermoreseptor yang menditeksi rasa panas (Ruffini) dan dingin (End Krause). Tangan kanan yang dimasukan air dingin setelah itu dimasukan ke air netral mengalami proses ruffini sehingga menjadi hangat. Tangan kiri yang dimasukan air hangat setelah dimasukan ke air netral mengalami proses End Krausesehingga menjadi dingin. Respon yang dihasilkan kulit menunjukkan rangsangan yang terjadi pada kulit.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Suparno, P. (2001). Teori perkembangan ognitif jean piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.


2.           Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Lokalisasi Taktil
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Memahami serta mengetahui kepekaan syaraf
peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukkan keberbagai tempat; serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localizaton).
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalamidepolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi kekorda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Dikriminasi titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan kompas, jepitan rambut. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spnia, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusa-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
c.       Alat yang Digunakan  : Pulpen, spidol, penggaris.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Praktiakan menutup matanya dengan kain
penutup mata, asisten laboratorium menitikkan lengan praktikan menggunakan pulpen kemudian praktiakn harus menikkan lengannya dengan jarak sedekat mungkin denga titik yang tusukan pada lengan praktikan. Terakhir, asisten laboratorium mengukur dengan penggaris jarak antara titik yang di tuskkan asisten dengan titik yang di tusukkan oleh praktikan.  
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil percobaan lokalisasi taktil, jarak anatara titik yang di tusukkan oleh asisten laboratorium dengan titik yang di tusukkan oleh praktikan hasilnya adalah sekitar 2cm.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Bila jarak kurang dari 5cm à syaraf peraba baik.
1.2.2        Bila jarak lebih dari 5cm à syaraf peraba kurang baik
1.2.3        TPL (Two Point Localizaton) lebih peka pada bagian yang menonjol contohnya seperti di hidung, mata, bibir ujung jari dan telinga.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa TPL ( Two Point Localization ) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan telinga. Jarak yang asisten tusuk dengan yang pratikan dapat tergantung pada waktu. Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. TPL adalah sistem yang menyebar dan melingkar.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.


3.      Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Daya Membedakan Sifat Benda
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk membuktikan kepekaan syaraf peraba
terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda; serta bentuk-bentuk benda (Streognostik).
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan olehtractus spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
c.       Alat yang Digunakan  : Berbagai macam benda atau bentuk.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Praktikan diminta untuk menutup matanya
denga kain penutup mata, kemudian asisten laboratorium memberikan sebanyak 5 benda kepada praktikan secara berurutan, sementara praktikan menebak benda apakah yang di genggamnya.
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1        Dari hasil percobaan daya membedakan sifat benda yaitu: jeruk, huruf  X, C, V dan W. Dari kelima benda tersebut praktikan bisa menebak sebanyak 4 benda dengan benar.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Tidak ada hasil sebenarnya.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis danfaciculus cunneatus.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Plotnik.R. (2005:127). Introductio to psychology 7th edition. Australia: Thomson & Wodsworth.
Wiramihardja, A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama.




4.      Percobaan                          : Indera Peraba
Nama Percobaan               : Gerak Refleks
Nama Subjek Percobaan  : Kamila Sagafia
Tempat Percobaan            : Laboratorium Psikologi Faal
a.      Tujuan Percobaan      : Untuk mengetahui adanya gerakan-gerakan refleks
pada otot.
b.      Dasar Teori                  : Indera peraba mencakup tekanan, temperatur dan
rasa sakit. Di bawah lapisan kulit terdapat setengah lusin penyesnsor mini yang merupakan penerima indera peraba. Fungsi dari indera peraba adalah menhubah tekanan mekanis atau perubahan temperatur menjadi rangsangan syaraf yang dikirim ke otak untuk diproses. Selanjutnya akan dijelaskan bagaimana sensor mekanik mini berfungsi. Bila menganati dengan cermat permukaan kulit, kita kan melihat selaput halus yang sebagian tertutup dengan aman. Ada yang menyentuh sensor di sekitar kantung rambut/bulu (misalnya di kulit lengan), yang berbeda sedikit dengan sensor dalam kulit tanpa rambut/bulu (misalnya di telapak tangan). Gerakan refleks merupakan respons otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Gerakan ini terjadi dengan tiba–tiba tanpa bisa dicegah. Sistem saraf tak sadar (otonom) merupakan gabungan dari sensorok dan motorik. Sistem saraf terbagi menjadi dua: 1.) Sistem saraf sadar: adalah sistem saraf yang mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain. Otak dam sumsum tulang belakang merupakan bagian dari saraf pusat. Selain saraf pusat terdapat pula saraf tepi, saraf tepi berada diluar sistem saraf pusat. Atrinya saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu, seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah, dan lain-lain. 2.) Saraf tepi: -Susunan saraf simpatis/thoracolumbar. Berapangkal pada medula spinalis didaerah leher dan daerah pinggang. -Susunan saraf parasimpatis/ cranio sacral. Berapangkal pada meula oblongata dan ada juga di sacrum. Gerak reflek terjadi sangat cepat. Tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Contoh: berkedip, bersin, batuk, dan lain-lain. Implus dimulai dari reseptor penerima rangsangan. Dilanjutkan menuju ke saraf sensori ke pusat saraf. Kemudian, implus diterima oleh saraf penghubung tanpa diolah di dalam otak. Langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot dan kelenjar. Jalan pintas dalam gerakan reflek ini disebut dengan lengkung reflek. Jalur gerak reflek dibentuk oleh neuron sensorik, interneuron, dan neuron motorik yang mengalurkan implus saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak reflek yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel, yaitu neuron sensori dan neuron motori. Dalam melakukan gerak, tubuh banyak melakukan koordinasi dengan organ tubuh yang lain. ini menunjukkan adanya kerjasama antara berbagai bagian tubuh dalam menjalankan fungsinya. Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap, semua indera pun akan siap siaga. Telinga akan mendengar sesuatu sehalus apa pun, kemudian jika tubuh menabrak sesuatu, maka akan terjadi gerakan reflek seperti berteriak atau melompat. Begitulah contoh gerak reflek yang terjadi.
c.       Alat yang Digunakan  : Sebuah martil refleks dengan bagian depan terbuat
dari karet.
d.      Jalannya Percobaan    : 1.1 Pada percobaan gerak refleks ini praktikan
diinta untuk duduk di atas meja, kemudian asisten laboratorium memukulkan martil refleks pada otot yang terdapat di lutut kaki kiri dan kanan praktikan. Setelah itu rasakan dan perhatikan apa yang terjadi pada saat asisten laboratorium memukulkan martil refleks tepat pada otot bagian lutut kaki kiri dan kanan.
e.       Hasil Percobaan           : 1.1 Hasil Percobaan
1.2.1        Dari hasil pengamatan praktikan pada percobaan ini, terdapat refleks pada kaki kiri dan kaki kanan.
1.2     Hasil Sebenarnya
1.2.1        Lutut yang di pukul dengan martil refleks secara spontan akan bergerak sendriri à ada gerak refleks.
1.2.2        Namun, tidak harus bergerak à dapat juga terasa seperti tersetrum.
f.       Kesimpulan                  : Jika dikaitkan dengan dasar teori diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Gerakan umumnya terjadi secara sadar dan tidak sadar. Gerakan yang sadar melalui jalan yang panjang. Gerakan reflek ialah hasil stimulasi sel motorik oleh stimulus yang dibawa oleh neuron aferen dari jaringan. Ketika lutut kita dipukul dengan martil refleks, hal yang terjadi selanjutnya adalah lutut kita mengeluarkan respon dengan gerak refleks secara tiba – tiba. Reflex sentakan lutut merupakan reflex rentangan. Skema gerak reflex adalah Impuls reseptor neuron sensorik  interneuron medulla spinalis interneuron Neuron motoric efektor gerakan. Untuk gerakan reflex tidak melalui intermediate pada system syaraf pusat atau otak dan sumsum tulang belakang.
g.      Daftar Pustaka                        : Atkinso, R.L., Atkinson & E.R. Hilgard. (1993).
Pengantar psikologi. Nurjanah Taufiq. Jakarta: Erlangga.
 Gyton,A,C.(1983).TeksFisiologiKedokteran. Jakarta : CV.EGC.
Priadi, Arif .(2009). Biologi. Jakarta : Yudhistira.